Selamat siang, Kebahagiaan!
Terima kasih telah menetap di hati orang-orang yang bisa mensyukuri keadaan. Apa pun itu. Termasuk berdiam di binar hatiku. Sebagai pengganti keajaiban yang singgah lebih dulu. Menetaplah selamanya di hatiku sebab aku mencintaimu. Peluk aku selalu karena begitu bisa menenangkan kesedihanku.
Kebahagiaan…
Mari berbincang sejenak denganku. Ada banyak hal yang ingin kusampaikan padamu. Tentangmu yang ingin kukirimkan diam-diam lewat doa untuk seseorang di surga-Nya. Seseorang yang sangat berharga di masa hidupnya. Seorang pria yang kukenali di dunia maya. Seorang lelaki tangguh yang secara tak langsung pernah mengantarkanmu padaku di suatu waktu. Ketika aku sedang berusaha memastikan tentang apa sebenarnya yang kusuka.
Kau tahu, Kebahagiaan?
Berkat pria rendah hati itu aku akhirnya menyadari, bahwa menulis adalah bagian dari diriku. Terbukti selama sebulan aku bisa merayakan kebahagiaan cinta lewat tulisan.
Aku mengenali pria baik budi itu sebagai Om Em. Meskipun tak mengenal secara langsung, lewat dunia maya aku tahu sedikit perjalanan hidupnya. Tentang cobaan hidup yang ditanggungnya, tentang kecemasan yang menghinggapinya, tentang ketakutan yang dimilikinya, tentang ketabahan dalam hatinya, perihal keikhlasan, dan keajaiban dalam hidupnya. Segala rasa yang dia hadapi sepenuh cinta hingga sisa akhir hidupnya.
Kebahagiaan…
Telah banyak rasa dia hadapi sepenuh cinta semasa hidupnya. Kali ini, aku meminta tolong padamu untuk menemaninya di surga-Nya. Maukah kau memenuhi permintaanku kali ini? Jika, iya, hangatkan selalu arwahnya dengan selimut doa yang kukirimkan sepenuh cinta. Hari ini, hingga selamanya. Jangan lupa sampaikan salam rindu dari hatiku dan hati-hati lain yang tak pernah lelah mendoakannya dengan menyertakanmu.
Kebahagiaan…
Aku mencintaimu, sebab itu kukirimkan kau lewat doa-doa untuk segala kebaikan Om Em di sisi-Nya.
***